RINTIHANNYA.


Malam ini dia menangis dalam. Pikirannya terbang kembali menuju kampung, tepatnya rumah tempat ia tinggal bersama keluarga. Ia sudah hampir setahun bersahabat dengan lingkungan baru tempat ia tinggal sekarang. Di tempat ini, yaitu di kota pelajar ia sendiri. Tidak ada sanak keluarga menemani kecuali teman dan sahabat-sahabat baru yang ia anggap sebagai keluarga baru. Orang yang melihatnya mungkin akan berfikir bahwa hidupnya selalu tenang , tercukupi dan bahagia. Itu semua benar jika mereka hanya melihatnya secara sekilas. Namun sejujurnya, ia tidak sepenuhnya bahagia dengan kondisi dan lingkungannya saat ini. Ia hanya menjalani hidup yang monoton dan menjalaninya begitu saja tanpa ada target dan rencana. Sungguh ia sangat malang dengan pikirannya sendiri. Ia sadar dengan kekurangan yang ia miliki, namun ia pun bingung sampai kapan ia akan terus dalam kondisi tersebut. Ia memiliki banyak mimpi, walau mimpi itu tidak ada yang mengetahuinya.
Ia semakin menangis kala melihat bayangan orangtuanya yang mandi keringat dan menaruh harapan pada dirinya. Ia takut mengecewakan orangtuanya dan khawatir bila masa depannya tidak secemerlang saudaranya yang lain. Dalam setiap shalatnya, ia selalu layangkan deretan doa yang tulus untuk orangtuanya.
Ia sadar bahwa hidup tidak boleh monoton
Tidak boleh terselip kata pesimis apalagi menyerah

Dan ia tahu dan ia sadar bahwa untuk merubah hidupnya itu, maka perlu meminta izin dan mendapat izin-Nya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti Sahabat Sejati